Sangmaima sangat senang telah menemukan kembali tombak pusaka milik kakaknya. Dengan ilmu pengobatan yang didapat dari orangtuanya, Sangmaima mengobati luka sang putri hingga sembuh.
Datu Dalu sangat gembira karena tombak pusakanya telah kembali. Untuk merayakan hal itu, ia mengadakan sebuah pesta besar di rumahnya. Namun, ia tidak mengundang adiknya.
Sangmaima merasa sakit hati. Ia membuat sebuah pesta yang lebih meriah untuk menyaingi pesta yang diselenggarakan Datu Dalu. Pada pestanya, Sangmaima mengadakan pertunjukkan menarik, yaitu seorang perempuan yang badannya dihiasi dengan berbagai macam bulu burung hingga menyerupai burung ernga. Pertunjukan ini membuat banyak sekali tamu datang ke rumah Sangmaima.
Ketika mengetahui adiknya mengadakan pesta yang lebih meriah, Datu Dalu berniat mengadakan pertunjukkan burung ernga juga.
"Adikku, bisakan aku meminjam perempuan burung ernga itu untuk pesta di rumahku?"
"Boleh saja kak. Namun, kakak harus berjanji untuk menjaganya, jangan sampai perempuan burung ernga itu hilang," kata Sangmaima.
Sangmaima mengantarkan perempuan itu ke rumah Datu Dalu. Kemudian, ia bersembunyi di atap rumah Datu Dalu. Ketika malam tiba, ia menyelinap menemui perempuan burung Ernga itu.
"Perempuan burung ernga, besok sebelum matahari terbit kau harus pergi dari sini. Dengan demikian, kakakku mengira kau menghilang!" kata Sangmaima. Perempuan itu menuruti perintah Sangmaima.
Keesokan harinya, Datu Dalu terkejut ketika mengetahui perempuan itu sudah tidak ada. Datu Dalu berusaha mengganti kerugian itu dengan emas, tetapi Sangmaima tidak bersedia menerimanya.
Akhirnya, perkelahian antara keduanya tidak dapat dihindari. Datu Dalu mengambil sebuah lesung lalu melemparkannya ke arah adiknya. Namun, sang adik menghindar, sehingga lesung tersebut melayang tinggi dan jauh ke kampung Sangmaima. Ajaibnya, di tempat jatuhnya lesung itu kemudian terbentuk sebuah danau. Kini, danau itu disebut dengan Danau Losung.
Sangmaima tidak kalah marahnya, ia melemparkan sebuah piring ke arah kakakknya. Namun, Datu Dalu berhasil menghindar, sehingga piring yang dilemparnya jatuh di kampung Datu Dalu. Di tempat jatuhnya piring tersebut, juga terbentuk danau yang disebut Danau Si Pinggan.
----Kita harus menjauhi sifat curang dan egois, karena akan menimbulkan permusuhan----
No comments:
Post a Comment