Tokoh Sosiologi Modern

Berikut adalah daftar tokoh sosiologi modern.


Anthony Giddens

Anthony Giddens lahir di London pada 1938. Kontribusi pentingnya pada sosiologi adalah teorinya yang disebut strukturasi dan modernitas tingkat lanjut. Strukturasi merupakan model abstrak dalam bentuk oposisi biner atau dualisme struktur. Konsep struktur pada awalnya diasumsikan sebagai realitasa yang eksis diluar diri manusia. Menurut Giddens, struktur dilluar diri itu tidak hanya ekesis namun juga membatasi tindakan manusia. Dualisme struktur memiliki arti, selain membatasi, struktur juga memberdayakan tindakan manusia. Singkatnya, teori strukturasi adalah melihat dualitas peran struktur antara membatasi dan memberdayakan.

Daniel Bell

Daniel Bell lahir di New York, pada 10 Mei 1919. Bell secara teoritis menjelaskan perubahan sosial dalam tiga aspek yang berbeda. Ketiga aspek tersebut antara lalin, masyarakat, alam dan teknologi. Perubahan sosial selalu melibatkan ketiganya. Masyarakat menempati posisi inti dalam perubahan sosial. Alam adalah bidang lain diluar masyarakat yang berupa lingkungan gegrafis. Sedangkan teknologi merupakan instrumen yang digunakan ileh manusia modern dengan logika efisien.

Erving Goffman

Erving Goffman lahir di Manville, pada 11 Juni 1922. Kontribusi teoritis yang diberikan Gofman pada sosiologi adalah konsep yang dikenal dengan sebutan dramaturgi. Goffman melihat interaksi sosial sehari-hari seperti terjadi di panggung teater dimana individu merupakan aktornya. Terdapat dua wilayah dalam satu dunia sosial, yakni depan panggung dan belakang panggung. Belakang panggung adalah tempat dimana individu melepasakan peran sosialnya.
 

Harold Grafinkel

Harold Grafinkel lahir di Amerika Serikat pada 29 Oktober 1917. Grafinkel menciptakan metodologi yang dikenal deengan etnometodologi yang merupakan metode empiris yang dideskripsikan Grafinkel sebagai sosiologi asimetris. Etnometodologi fokus dengan struktural fungsional. Tatanan Sosial atau "social order" dalam perspektif etnometodologi merupakan stabilitas relasi sosial di masyarakat. Bagi Grafinkel realitas sosial merupakan aktifitas tnteraksi sosial yang mengalir. 

James Coleman

James Coleman lahir di Bedford, pada tahun 1926. Fokus studi Coleman dalam sosiologi dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu pendidikan, hubungan antara sosiologi makro dan mikro, dan riset kebijakan. Coleman percaya bahwa pendidikan merupakan salah satu kendaraan yang bisa menghasilkan masyarakat yang adil. Analisis hubungan antara makro dan mikro sosiologi oleh Coleman bersambung hingga wilayah praktis seperti pembuatan kebijakan. Coleman dikenal sebagai teoritis pendidikan yang risetnya berimplikasi langsung pada kebijakan pendidikan.

Jean Baudrillard

Jean Baudrillar lahir di Reims pada 1929. Kontribusi Baudrillard adalah pada argumen konsumsi simbol dan tanda menandai transformasi masyarakat dari modern menuju pasca modern. Baudrillard menilai bahwa masyarakat kontenporer semakin kehilangan makna seiring naiknya simbol sebagai penanda eksistensi. Dalam masyarakat konsumsi, nilai guna suatu objek material telah lenyap, diganti oleh nilai simbol. Perilaku masyarakat dalam membeli barang misalnya, didasarkan pada pertimbangan yang sifatnya simbolik. Simbol-simbol ni berbicara tentang siapa pemiliknya dan dari kelas sosial mana mereka berasal.

Judith Butler

Judith Buttler lahir di Ohio pada 24 Februari 1956. Kontribusi penting Butler adalah studi mengenai gender sebagai performa dan konstruksi sosial. Perilaku sosial menurutnya menentukan gender seseorang. Pemikiran Butler mengenai gender sebagai performa banyak diadobsi oleh aktivis feminis dan pendukung kesamaan hak haum LGBT. Performa gender menurutnya bukan sekedar sebuah perilaku dan tindakan tertentu, namun juga upaya mengokohkan norma yang memproduksi identitas sebagai feminim atau maskulin. Kategori feminim dan maskulin yang masing-masing identik dengan perempuan dan laku-laki, menurutnya hanyalah ilusi natural. Performa gender menentang konsepsi natural tentang femininitas dan maskulinitas.

Jurgen Habermas

Jurgen Habermas lahir di Jerman pada 1929. Kontribusi penting Hebermas pada ilmu sosial adalah pemikirannya mengenai tindakan komunikatif, ruang publik, dan bahasa. Berbeda dengan punggawa teori kritik generasi pertama, Hebermas menekankan aspek positif pada filsafat pencerahan. Studinya mengenai ruang publik menjelaskan proses bangkit dan terpuruknya ruang demokrasi di Eropa dari abad 18 sampai 20. Ruang demokrasi yang diteliti Habermas meliputi salon dan cafe, pusat aktivitas diskusi sosial dan politik kontemporer pada masanya. Surat kabar menjadi ruang diskusi lain yang berkembang. Namun proses Komersialisasi menghancurkan potensi diskursus publik di ruang publik yang objektif dan kritis.

Michel Foucault

Michel Foucault lahir di Perancis pada tahun 1926. Studinya mengenai genealogi ilmu pengetahuan mengungkap bagaimana sistem pengetahuan bertransformasi secara radikal. Sistem pemikiran masyarakat barat dibagi menjadi tiga periode, ayitu era renaisans, era klasik dan era modern. Masing-masing era memiliki epistemologi yang berbeda. Oleh karena itu, cara orang membangun pengetahuan di masing-masing periode berbeda. Foucault juga dikenal sebagai pemikir kunci aliran poststrukturalisme. Klasifikasi pengetahuan menurutnya adalah produk relasi kuasa.

Norbert Elias

Norbert Elias lahir di Breslau pada 22 Juni 1897. Kontribusi Elias pada sosiologi adalah studinya mengenai proses peradaban di Eropa Barat. Proses menuju "beradab" atau "civilizing proccess" yang disebut oleh masyarakat Barat merupakan transformasi tata perikelakuan yang berlangsung sangat lama. Elias mempertanyakan bagaimana pola perilaku dari kelas atas menyebar ke kelas lainnya, sehingga seluruh warga dalam lingkup negara menyebut dirinya sebagai masyarakat beradab. Istilah beradab itu sendiri kemudian menjadi legitimasi superioritas masyarakat Eropa Barat atas masyarakat lainnya.

Pierre Bourdieu

Pierre Bourdieu lahir di Denguin pada 1 Agustus 1930. Beberapa istilah konseptual dicetuskan dan banyak digunakan sampai hari ini diantaranya, habitus, field, modal budaya dan kekerasan simbolik. Salah satu studi Bourdieu yang banyak dirujuk adalah tentang relasi antara selera kultural dan kelas sosial. Selera kultural, menurutnya tidak pernah netral, melainkan menunjukkan preferensi yang menyimbolkan kelas sosial. Kekeuasaan dipertahankan dengan cara mengonsumsi simbol-simbol kultural yang dieksploitasi dari objek material. Dimensi simbolik, menurut Bourdeiu penuh dengan praktik dominasi dan kekuasaan.

Share:

No comments:

Post a Comment

Popular Posts

Followers

Program

Sitemap

Blog Archive