A. Menulis Judul Sesuai EYD
Ada beberapa aturan baku yang biasa kerap ditulis keliru ketika seseorang menulis judul. Di antaranya adalah penulisan huruf kapital, kata sambung, awalan, dan sebagainya.
Aturan menulis huruf kapital dalam judul:
1.Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata
2.Gunakan huruf kecil hanya untukkata-kata yang bersifat partikel, kecuali ia terletak di awal judul.
3.Kata-kata yang tergolong sebagai partikel, yaitu konjungsi (kata penghubung), preposisi
(kata depan), dan interjeksi (seruan perasaan). Contohnya: di,ke, dari, dan, atau, yang,
untuk, dengan, dalam, pada, kepada, sebagai, terhadap, jika, maka, tapi, karena, tentang,
agar, supaya, hingga, sejak, pun, per, demi, si, meskipun, secara, seperti, ialah, ah, oh, deh, dong,
kok.
4.Hanya kata ulang sempurna yang semua unsurnya diawali dengan huruf kapital.
Jadi, tidak termasuk kata ulang berubah bunyi dan kata ulang berimbuhan.
B. Menulis Sapaan, Gelar, dan Singkatan
1.Menulis sapaan
Kata sapaan adalah kata yang digunakan untuk menegur sapa orang yang diajak berbicara (orang kedua) atau menggantikan nama orang ketiga. Berikut adalah beberapa contoh kata yang dapat digunakan sebagai kata sapaan.
a.Nama diri, seperti Mita, Nur.
b.Kata yang tergolong istilah kekerabatan, seperti bapak, ibu, paman, bibi, adik, kakak, mas,
atau abang.
c.Gelar kepangkatan, profesi atau jabatan, seperti kapten, professor, dokter, sopir, ketua, lurah,
atau camat.
d.Kata nama, seperti tuan, nyonya, nona, Tuhan, atau sayang.
e.Kata nama pelaku, seperti penonton, peserta, pendengar, atau hadirin.
f.Kata ganti persona kedua Anda dan Saudara
Penggunaan kata sapaan itu sangat terikat pada adat-istiadat setempat, adat kesantunan, serta situasi dan kondisi percakapan. Itulah sebabnya, kaidah kebahasaan sering terkalahkan oleh adat kebiasaan yang berlaku di daerah tempat Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang.
Namun, yang perlu diingat dalam hal ini adalah cara penulisan kata kekerabatan yang digunakan sebagai kata sapaan, yakni ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Contoh:
(1) Adik sudah kelas berapa?
(2) Selamat pagi Pro(fesor).
(3) Hari ini Kapten bertugas di mana?
(4) Setelah sampai di Yogyakarta, Tuan akan menginap di mana?
2.Menulis gelar dan singkatan
Berdasarkan aturan kebahasaan, penulisan nama dan gelar termasuk kategori pemahaman tentang singkatan. Singkatan adalah kependekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik dilafalkan huruf demi huruf maupun dilafalkan sesuai dengan bentuk lengkapnya.
Selain itu, dalam buku pedoman umum ejaan yang disempurnakan (EYD), penulisan gelar juga secara intens disinggung, bahkan disertai beberapa contoh penulisan yang benar.
Berikut ini aturan penulisan yang sesuai dengan EYD untuk penulisan nama dan gelar:
a.Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.
b.Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
c.Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
C.Penggunaan EYD dan Tanda Baca
1.Tanda titik dua (:)
a.Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau
pemerian. Contoh:
Kita memerlukan perabotan: meja, lemari, dan kursi.
b.Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Contoh:
Ketua : Hudha
Sekretaris : Wiwit
Bendahara : lin
c.Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan Contoh:
Ayah : “Bawa tas ini, Nak!”
Raka : “Baik, Yah”
d.Tanda titik dua dipakai antara
(a) jilid atau nomor dan halaman,
(b) bab dan ayat dalam kitab suci,
(c) judul dan anak judul suatu karangan, serta
(d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
2.Tanda Petik tunggal [‘….’]
a.Mengapit petikan yang tersusun dalam petikan lain.
b.Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
3.Tanda Koma [ , ]
a.Di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan
b.Untuk memisahkan kalimat-kalimat yang setara berurutan, yang didahului oleh kata
seperti, melainkan.
c.Untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila ada anak kalimat
d.Mendahului induk kalimat (contoh: Kalau nanti hujan, saya tidak akan berangkat).
e.Di belakang kata ungkapan seperti wah, oh, aduh.
f.Di belakang kata ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat
antara lain oleh karena itu, akan tetapi, jadi, lagipula.
4.Tanda Hubung
a.Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
b.Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran
dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
c.Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh: Anak-anak, berulang-ulang.
d.Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal
Contoh: p-a-n-i-t-i-a.
e.Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan dan penghilangan bagian kelompok kata. Contoh: ber-evolusi.
f.Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan huruf kapital (contoh: se-Indonesia), ke- dengan angka (contoh: hadiah ke-2),
angka dengan -an (contoh: tahun 50-an), singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan
atau kata (contoh: mem-PHK-kan), nama jabatan rangkap (contoh: Menteri-Sekretaris Negara).
g.Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur Bahasa Indonesia dengan unsur
Bahasa asing. (contoh: di-smash).
5.Garis Miring (/)
Garis miring dipakai untuk:
a.Menggantikan arti ‘atau’; ‘tiap’. Contoh: Harga buku ini Rp2000,00/eksemplar
b.Penulisan kode surat, nomor, alamat, dan tahun. Contoh: No.7/PK/X/2007
No comments:
Post a Comment