A. Mengidentifikasi Kata Bermakna Simbolik/Majas/Kias
dalam Karya Sastra
Karya sastra merupakan refleksi pemikiran, perasaan, dan keinginan mengarang lewat Bahasa. Setiap karya sastra menggunakan simbol yang memiliki makna tersendiri. Majas adalah cara pengarang atau seorang dalam menggunakan bahasa sebagai alat mengekspresikan perasaan dan buah pikiran yang terpendam di dalam jiwanya.
Adapun majas dibagi menjadi berikut:
1.Majas perbandingan
a.Simile adalah Bahasa kiasan yang memakai kata-kata perbandingan eksplisit antara sesuatu
yang dibandingkan dengan sesuatu sebagai pembandingnya, misalnya bak, bagaikan, seperti.
yang dibandingkan dengan sesuatu sebagai pembandingnya, misalnya bak, bagaikan, seperti.
b.Metafora adalah majas perbandingan yang bersifat implisit dan tidak menggunakan kata-kata
pembanding misalnya ada kata adalah.
c.Alusio adalah majas perbandingan yang merujuk secara tidak langsung seorang tokoh atau
suatu peristiwa pada karya sastra.
suatu peristiwa pada karya sastra.
2.Majas pertentangan
a.Paradoks adalah majas yang mengungkapkan sesuatu seakan-akan bertentangan padahal
objeknya berlainan.
b.Antitesis adalah majas yang mengungkapkan paduan kata yang berlawanan artinya.
c.Litotes adalah majas yang mengungkapkan keadaan berlawanan dengan maksud sebenarnya
dengan tujuan merendahkan diri.
d.Sinisme adalah jenis Bahasa kias yang bermakna menyindir dalam bentuk kesangsian yang
mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Sinisme adalah ironi yang
sifatnya lebih kasar.
sifatnya lebih kasar.
e.Sarkasme adalah jenis majas yang lebih kasar dari ironi dan sinisme, yang mengandung
olok-olok atau sindiran pedas dan menyakitkan hati.
f.Ironi adalah jenis majas yang bermakna menyindir secara halus dengan maksud berolok-olok.
g.Hiperbola adalah majas yang mengungkapkan arti secara berlebihan.
3.Majas pertautan
a.Personifikasi adalah semacam bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau
barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah mempunyai sifat-sifat kemanusiaan.
Benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir, dan sebagainya seperti manusia.
b.Alegori adalah majas pertautan yang merujuk pada perlambangan atau ibaratnya.
c.Eufemisme adalah majas untuk memperhalus pemakaian ungkapan dengan mengganti kata
agar tidak menyinggung perasaan.
agar tidak menyinggung perasaan.
d.Metonimia adalah majas yang menggunakan atribut sesuatu hal atau sesuatu yang dekat untuk
menyatakan sesuatu hal yang lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat.
e.Sinekdok adalah Bahasa kias yang menyebutkan suatu bagian yang penting dari suatu hal atau
suatu benda dengan maksud untuk mewakili hal atau benda tersebut. Wujud perwakilan
tersebut dapat sebagian, tetapi mewakili keseluruhannya, atau sebaliknya pernyataan
keseluruhan, tetapi maksudnya hanya sebagian saja. Wujud perwakilan sebagian untuk
keseluruhan disebut pars pro toto, sedangkan wujud perwakilan keseluruhan untuk sebagian
disebut totem pro parte.
tersebut dapat sebagian, tetapi mewakili keseluruhannya, atau sebaliknya pernyataan
keseluruhan, tetapi maksudnya hanya sebagian saja. Wujud perwakilan sebagian untuk
keseluruhan disebut pars pro toto, sedangkan wujud perwakilan keseluruhan untuk sebagian
disebut totem pro parte.
B.Memaknai Isi Tersurat dalam Karya Sastra
Isi tersurat dalam karya sastra adalah yang tertulis dan dapat ditangkap pembaca. Isi tersurat dapat diidentifikasi dari unsur intrinsic karya sastra yang meliputi gaya bahasa, pencitraan, dan sudut pandang.
C.Menyimpulkan Sebab dan Akibat Konflik dalam Karya
Sastra
Masalah dalam cerita menimbulkan konflik. Konflik adalah pertemuan atau benturan antara dua kekuatan yang berlawanan. Konflik dibedakan menjadi dua, yaitu fisik dan batin. Konflik fisik berupa konflik yang dapat dilihat dengan mata kepala dapat berupa pertarungan, ekspresi, dan sebagainya. Konflik batin tidak dapat dilihat namun dirasakan di dalam pribadi tokoh.
D.Menyimpulkan Nilai-Nilai Kehidupan dalam Karya Sastra
Karya sastra memiliki nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil sebagai pelajaran. Nilai-nilai tersebut tampak dalamunsur ekstrinsik atau unsur pembangun di luar cerita.
Unsur ekstrinsik karya sastra sebagai berikut.
1.Nilai kehidupan masyarakat
2.Riwayat, sikap, dan pandangan hidup pengarang.
3.Latar belakang sosial budaya masyarakat
E.Membandingkan Isi, Pola Penyajian, dan Bahasa Karya
Sastra Berdasarkan Gaya, Tema, dan Unsur
Karya sastra dapat dibandingkan isi, pola penyajian, dan bahasanya berdasarkan gaya, tema, dan unsur. Langkahnya yaitu membaca dengan cermat karya sastra ke-1 dengan lainnya, kemudian melakukan identifikasi .
F.Mengaitkan Isi Karya Sastra Lama dengan Kehidupan Saat
Ini
Karya sastra lama adalah karya-karya yang dihasilkan oleh sastrawan pada zaman dahulu.
Ciri-cirinya sebagai berikut:
1. Istanasentris (cerita mengenai keluarga istana)
2. Statis (perubahannya lamban)
3. Bentuk karangan terikat pada bentuk yang sudah ada, seperti pantun dan syair
4. Anonim atau tidak diketahui siapa pengarangnya.
5. Ciptaannya bersifat menghibur dan mendidik
G.Menilai Keunggulan/Kelemahan dan Meringkas Karya
Sastra
Cara untuk menilai keunggulan atau kelemahan karya sastra dengan melakukan penilaian berupa resensi, kritik, maupun esai. Resensi adalah tulisan berupa ulasan, pertimbangan, atau pembicaraan suatu karya (sastra, nonsastra, film, dan drama) dengan tujuan untuk menyampaikan informasi kepada pembaca terhadap sebuah karya, patut mendapat sambutan atau tidak.
--> Latihan Soal
--> Daftar Isi
No comments:
Post a Comment