Asal Usul Nama Simalungun Sumatra Utara

     Dahulu kala, Kerajaan Tanah Djawo yang terletak di Kampung Nagur dipimpin oleh seorang raja yang adil dan bijaksana. Kerajaan ini bermarga Sinaga.

     Kerajaan Tanah Djawo berdekatan dengan kerajaan kecil lainnya, yaitu kerajaan Raya dari marga Saragih Garingging dan Kerajaan Silou dari marga Purba Tambak. Ketiga kerajaan tersebut berhubungan baik dan rukun. Meskipun berbeda marga, mereka selalu saling membantu.


Gambar 1.1 Kerajaan Tanah Djawo

     Ketika Kerajaan Majapahit dari Jawa akan menyerang Kerajaan Tanah Djawo, Kerajaan Silou dan Kerajaan Raya turun tangan membantu, sehingga pasukan Kerajaan Majapahit bisa dikalahkan dan diusir dari wilayah Nagur.

     Suatu ketika, ketiga kerajaan tersebut diserang oleh ribuan tentara yang tidak diketahui asalnya. Meskipun sudah bersatu, mereka tidak sanggup mengimbangi kekuatan musuh. Banyak korban berjatuhan.

     Rakyat pergi meninggalkan daerah mereka untuk mengungsi. Selama masa pelarian, mereka dilanda kelaparan dan wabah penyakit. Sekelompok dari mereka menemukan sebuah wilayah yang bisa mereka tempati, yaitu tanah Sahill Misir yang kini adalah Pulau Samosir.


Gambar 1.2 Pulau Samosir

     Mereka membuka lahan dan mulai bercocok tanam di sana. Kehidupan mereka mulai membaik. Bertahun-tahun lamanya mereka hidup di sana, berkeluarga, mempunyai anak dan cucu.

     Suatu ketika, beberapa orang tua merasa rindu dengan kampung halaman mereka di Nagur. Mereka pun mengajak siapa saja yang rindu kampung halaman, untuk ikut kembali ke Nagur. Beberapa dari mereka tetap ingin tinggal, karena tidak ingin meninggalkan rumah, sawah, ladang, dan ternak yang kini mereka miliki.

     Kelompok yang kembali ke Nagur menempuh perjalanan panjang untuk sampai ke kampung halaman mereka.

     Sesampainya di Nagur, beberapa warga terlihat menangis teringat peristiwa yang menimpa mereka dahulu. Kini, rumah-rumah mereka tidak ada lagi, semuanya sudah tertutupi semak belukar.


Gambar 1.3 Semak Belukar

"Sima-sima nalungun", kata mereka, yang berarti daerah yang sunyi dan sepi.

     Sejak saat itu, Kampung Nagur mereka ganti namanya menjadi Sima Nalungun. Lama-kelamaan, nama tersebut berubah menjadi Simalungun yang menjadi sebuah kabupaten di Sumatra Utara.


Gambar 1.4 Kabupaten Simalungun


Share:

Sensor Visual mulai 2,5 - 4 tahun (Tangga Cokelat)

Manfaat Kegiatan:
  • Mengembangkan persepsi visual dimensi, koordinasi tangan-mata, dan kemampuan prahitung serta menulis
  • Melatih urutan dan membedakan ukuran besar-kecil
  • Mengenal kata prima, persegi panjang, besar, dan kecil
Alat yang dibutuhkan:
  • Sepuluh prisma persegi panjang cokelat berbagai ukuran (terkecil 1 x 1 x 20 cm dan terbesar 10 x 10 x 20 cm). Selisih setiap ukuran 1 x 1 x 20 cm.
Gambar 1.1 Prisma persegi panjang

Cara Bekerja:
  • Pegang ujung kanan dan kiri prisma kecil dengan tiga jari, sedangkan prisma besar menggunakan lima jari.
  • Katakan "Kita akan membangun tangga dari prisma terbesar sampai yang terkecil (ajari anak untuk meraba prisma besar dan kecil)


    Gambar 1.2 Meraba prisma

  • Susun prisma membentuk tangga dari yang terbesar sampai terkecil dengan membandingkan dulu ukuran prisma secara berturut sebelum disusun menjadi tangga

Gambar 1.3 Menyusun prisma


Share:

Asal Usul Batu Gantung Sumatra Utara

     Di sebuah desa yang terletak di sekitar Danau Toba, tinggallah seorang gadis cantik bernama Seruni. Ia adalah gadis yang rajin. Seruni suka membantu ayah dan ibunya berladang.

     Orangtuanya ingin menjodohkan Seruni dengan seorang laki-laki yang sama sekali tidak dikenalnya. Ia menolak keinginan tersebut. "Aku tidak mau dijodohkan dengannya, Bu," ujar Seruni. Namun, orangtuanya tetap memaksa dengan alasan bahwa orang yang dijodohkan adalah laki-laki yang baik hati.


Gambar 1.1 Danau Toba

     Keadaan ini membuat Seruni sangat sedih. Lalu, ia melarikan diri ke hutan ditemani Toki, anjing peliharaannya. 

     Kemudian, ia pergi ke arah Danau Toba untuk merenung. Sampai di tepi Danau Toba, tiba-tiba kakinya terperosok ke dalam sebuah lubang batu yang dalam sekali. "Tolong! Tolong! Toki, cepat tolong aku!" teriaknya sambil menangis.


Gambar 1.2 Area sekitar Batu Gantung

     Anjing kecilnya menggonggong di pinggir lubang menyaksikan Seruni yang terperosok. Toki berlari pulang sambil menggonggong gelisah di hadapan orangtua Seruni. Mereka merasa panik, karena Toki pulang tidak bersama Seruni.

     "Pasti sesuatu telah terjadi pada Seruni, Pak!" Cepat kita ikuti Toki!" kata Ibu Seruni. Sang ayah memanggil beberapa tetangga untuk mengikutinya.

     Sesampainya di lubang batu tempat Seruni terjatuh, Ayah Seruni memanggil-manggil dan berniat masuk ke dalam lubang. Namun, ibu Seruni melarangnya, karena terlalu berbahaya.

     Warga menyalakan obor untuk menerangi lubang, tetapi dasar lubang itu terlalu dalam dan gelap. Mereka juga berusaha mengulurkan tali ke dalam lubang, berharap Seruni bisa menggapainya dan naik ke atas, tetapi usaha mereka sia-sia.

     Tiba-tiba, tanah terguncang hebat seperti terjadi gempa. Lubang tersebut perlahan merapat dan tertutup. Seruni yang berada di dalam lubang tidak bisa diselamatkan.

     Tidak lama setelah terjadi gempa, di tempat Seruni jatuh, tiba-tiba muncul sebuah batu besar menggantung yang menyerupai sesosok orang yang letaknya di tepi Danau Toba.

     Warga memercayainya sebagai penjelmaan Seruni. Batu tersebut dinamakan Batu Gantung. Daerah tersebut sering dikunjungi oleh turis mancanegara dan domestik, karena pemandangannya yang indah.


Gambar 1.3 Batu Gantung




Share:

MATEMATIKA PERTIDAKSAMAAN NO.1


Jika pertidaksamaan (x/x+1)^2 > 8 - 2|x/x+1| mempunyai penyelesaian {x: a < x < b atau c < x < d}, maka a + b + c + d = ....

A. -6
B. -16/3
C. -14/3
D. -4
E. -10/3

Pembahasan


Share:

Sensor Visual mulai 2,5 - 4 tahun (Menara Merah Muda)

Manfaat Kegiatan:
  • Mengembangkan persepsi visual dimensi, koordinasi tangan dan mata, kemampuan prahitung, dan menulis.
  • Membedakan ukuran besar dan kecil
  • Mengenal kata balok, besar, dan kecil

Gambar 1.1 Menara kubus

Alat yang dibutuhkan:
  • Sepuluh kubus merah muda ukuran terkecil (1 x 1 x 1) cm dan terbesar (10 x 10 x 10) cm. Selisihkan ukuran setiap kubus 1 cm
Cara Bekerja:
  • Pegang kubus besar dengan dua tangan dan kubus kecil dengan tiga jari.
  • Simpan acak kubus di alas kerja


    Gambar 1.2 Membangun Menara

  • Katakan "Kita akan membangun menara, mulai dari kubus terbesar dan diakhiri dengan kubus terkecil"
Share:

Putri Pukes dan Danau Laut Tawar di Aceh

     Di dataran tanah Gayo, hidup seorang putri raja bernama Putri Pukes. Sang Putri menyukai seorang pangeran dari kerjaan lain. Semula, kedua orangtuanya tidak merestui, karena negeri tempat tinggal pangeran itu jauh. Namun, karena kegigihan Putri Pukes dan Sang Pangeran, orangtua sang Putri pun merestui dan menikahkan mereka.


Gambar 1.1 Danau Laut Tawar Aceh

   Setelah menikah, tibalah saatnya Putri Pukes harus menyusul suaminya. Ia pun pamit kepada orangtuanya untuk pergi ke kerajaan suaminya. Orangtua Putri Pukes sangat sedih, tetapi mereka harus melepas anaknya itu pergi.

    "Pergilah, bersama para pengawal, Nak. Namun, satu hal yang harus kau jaga, begitu melangkahkan kaki keluar dari kerajaan ini, sekali pun janganlah menoleh lagi ke belakang," pesan orangtuanya.

   Putri Pukes pun berangkat. Di tengah jalan, Ia selalu teringat akan orangtuanya dan sangat merindukan mereka. Karena terlalu bersedih, ia tanpa sengaja menoleh ke belakang.

    Tiba-tiba, datanglah petir menyambar dan hujan yang sangat lebat. Putri Pukes dan rombongannya berteduh di dalam gua.

    Di dalam gua, Putri Pukes berdiri di sudut gua untuk menghangatkan tubuhnya yang kedinginan. Perlahan, sang Putri merasa tubuhnya mengeras. Putri Pukes sangat terkeju dan menangis. Ternyata tubuhnya menjadi batu.


Gambar 1.2 Patung Putri Pukes

   Ia menyesal, karena tidak mengindahkan pesan orangtuanya. Seharusnya, ia tidak menoleh ke belakang selama perjalanan. Setelah cukup lama beristirahat dan hujan mulai reda, para pengawal memanggil Sang Putri, tetapi apadaya Sang Putri sudah berubah menjadi batu.

    Sampai sekarang, batu Putri Pukes masih bisa dilihat. Bentuknya membesar di bagian bawah, tetapi bentuk sanggul dan kepala Sang Putri masih bisa dikenali.

   Menurut kepercayaan penduduk, batu tersebut membesar di bawah karena Putri Pukes terus menangis yang menyebabkan air matanya menumpuk di bawah.

   Sementara itu, karena hujan yang sangat lebat, terbentuklah danau di kawasan itu. Penduduk sekitar menyebut danau tersebut dengan nama Danau Laut Tawar.


Gambar 1.3 Goa Batu Putri Pukes


Share:

CERITA RAKYAT INDONESIA

     Indonesia adalah negara yang kaya dengan keragaman seni budaya. Selain itu, Indonesia juga memiliki banyak sekali tempat wisata, kota-kota yang indah, dan bersejarah, serta bangunan-bangunan peninggalan di masa lampau.

      Tempat-tempat peninggalan tersebut memiliki latar belakang sebuah dongeng, legenda, atau mitos yang kemudian berkembang menjadi cerita rakyat.


     Mau tau cerita rakyat apa saja yang ada di Indonesia? Yuk baca ...

Daftar isi

  1. Putri Pukes dan Danau Laut Tawar di Aceh
  2. Asal Usul Batu Gantung Sumatra Utara
  3. Asal Usul Nama Simalungun Sumatra Utara
  4. Asal Usul Kolam Sampuraga (Part 1)
  5. Asal Usul Kolam Sampuraga (Part 2)
  6. Asal Usul Danau Si Losung dan Si Pinggan (Part I)
  7. Asal Usul Danau Si Losung dan Si Pinggan (Part 2)
  8. Asal Usul Pulau Si Kantan (Part 1)
  9. Asal Usul Pulau Si Kantan (Part 2)

Share:

Popular Posts

Followers

Program

Labels

Sitemap

Blog Archive