BAB 3 LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN GEOGRAFI DENGAN MENGGUNAKAN PETA (Page 1)

A. PENGERTIAN PENELITIAN GEOGRAFI


   Penelitian adalah kegiatan menyelidiki, mengembangkan, dan menguji kebenaran secara mendalam untuk memecahkan suatu permasalahan. Penelitian Geografi adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk menguji kebenaran dan memecahkan permasalahan geografi (gejala alam) secara sistematis sebagai objek penelitian. Ciri khas penelitian geografi adalah menggunakan pendekatan keruangan, ekologi, dan kompeks wilayah dalam mendapatkan masalah penelitian dan memecahkan masalah tersebut. Ciri khas khusus penelitian geografi:
1. Pembuatan dan penggunaan peta. Penggunaan peta untuk melihat keterkaitan antargejala 
    geosfer, seperti persebaran jenis tanah dengan vegetasi, permukiman penduduk dengan
    jaringan jalan, atau pola aliran sungai dengan jenis pertanian. Hasil akhir dari penelitian
    tersebut adalah peta baru yang menggambarkan keterkaitan tersebut. Contohnya peta wilayah
    kesesuaian tanaman jagung.
2. Observasi lapang. Kemampuan melakukan pengumpulan data yang jelas dan akurat yang tidak 
    terbaca oleh peta.
3. Penentuan model dari hasil analisis penelitian. Model penelitian geografi dapat berupa pola 
    persebaran, gambar, grafik, dan diagram.
Penelitian geografi memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
1. Menggunakan ilmu pengetahuan sebagai landasan teori dan dilakukan secara sistematis.
2. Penelitian diawali dengan penemuan masalah geosfer.
3. Menganalisis lebih mendalam terhadap suatu kajian geosfer.
4. Menguji hasil penelitian yang telah dilakukan agar hasilnya lebih akurat. 
5. Tujuan penelitian geografi adalah memecahkan suatu permasalahan geosfer.

B. JENIS-JENIS PENELITIAN GEOGRAFI
1. Berdasarkan Tujuan
    a. Penelitian eksploratif. Perolehan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dan
        studi pustaka sehingga didapat suatu hipotesis dan kesimpulan. Tujuannya mengembangkan
        gagasan dasar mengenai suatu topik permasalahan yang baru atau belum diketahui
        sebelumnya. Aspek yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini adalah mengetahui
        hubungan antargejala sosial maupun gejala fisik dan menemukan data empiris mengenai
        hubungan gejala-gejala tersebut untuk merumuskan hipotesis yang berkualitas.
    b. Penelitian deskriptif. Menekankan pada penjelasan tentang penyebab masalah geosfer yang
        sesuai fakta dan hasil penelitiannya disajikan dalam bentuk deskripsi skema atau alur
        sistematika dalam pemecahan masalah penelitian. Penelitian ini adalah kelanjutan penelitian
        eksploratif.
    c. Penelitian eksplanatif. Menekankan pada pengujian hipotesis untuk menemukan penyebab
        permasalahan geosfer. Tujuannya adalah menghubungkan pola-pola yang memiliki
        keterkaitan dan menghasilkan pola hubungan sebab akibat dalam memecahkan
        permasalahan geosfer.

2. Berdasarkan Bentuk dan Metode Pelaksanaan
    a. Studi kasus. Dilakukan dengan cara studi lapang dan wawancara.
    b. Survei. Dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis (kesimpulan sementara) dan
        mendeskripsikan hubungan antarvariabel. Hasil survei bergantung pada sampel dan
        informasi dari responden.
    c. Eksperimen. Dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang
        lain. Eksperimen dapat dilakukan di laboratorium maupun di lapangan.

3. Berdasarkan Metode Penelitian
    a. Penelitian kualitatif. Penelitian yang menggambarkan secara mendalam mengenai hasil
        pengumpulan data di lapangan. Ada beberapa kondisi:
        1) Masalah penelitian masih belum jelas.
        2) Ingin meneliti secara mendalam.
        3) Digunakan untuk mengetahui interaksi sosial.
        4) Ingin mengembangkan teori yang sudah ada atau membuat teori baru.
        5) Memastikan keakuratan data.
        6) Digunakan untuk meneliti sejarah perkembangan suatu fenomena geosfer.
    b. Penelitian kuantitatif. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur dalam
        analisisnya. Dapat diterapkan dalam kondisi:
        1) Masalah dalam penelitian sudah jelas.
        2) Mencakup populasi yang cukup banyak.
        3) Ingin mengetahui pengaruh perlakuan tertentu terhadap objek penelitian.
        4) Ingin menguji hipotesis penelitian.
    c. Perbedaan penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif.

Penelitian Kuantitatif
Penelitian Kualitatif
Sudut pandang teori
Mencari penyebab suatu fenomena dan hubungannya dengan fenomena lain.
Memahami perilaku manusia dari kerangka berpikir dan tindakan orang-orang itu sendiri.
Pendekatan
Mengidentifikasi variable, memilih sampel, memberikan perlakuan, dan menganalisis hasil perlakuan.
Observasi partisipan sehingga dapat memahami fenomena tertentu.
Tujuan
Menguji atau membuktikan suatu teori dengan perantara hipotesis dan menggunakan Teknik statistic.
Menemukan ciri-ciri fenomena dan mengelompokkannya dengan kata lain menemukan sebuah teori baru.
Pengumpulan data
Variabel, sampel, hipotesis, dan data yang dikumpulkan benar-benar relevan dengan rancangan penelitian
Mengumpulkan data secara keseluruhan agar lebih memudahkan memahami fenomena yang kompleks secara utuh.
Instrumen penelitian
Angket, pedoman wawancara, tes, skala.
Manusia, buku catatan, dokumentasi.
Data
Satuan angka
Primer, informasi, dokumen pribadi.
Sumber data
Populasi dan sampel.
Subjek penelitian.
Rancangan
Dirancang secara pasti dan tidak dapat diubah pada saat penelitian berlangsung.
Rancangan dapat berubah sesuai realitas di lapangan.


--> Next Page

--> Daftar Isi
Share:

BAB 2 PENGETAHUAN DASAR PEMETAAN, PENGINDRAAN JAUH, DAN SIG (Page 8)

H. SUBSISTEM DAN KOMPONEN SIG

1. Subsistem dalam mengelola sistem informasi geografis
    SIG terdiri dari data informasi spasial dengan referensi geografis yang disimpan dalam sebuah database untuk kemudian dimanipulasi, dianalisis, dan disajikan. Oleh karena itu,sistem informasi geografis dapat dipahami sebagai sekelompok subsistem dalam rangka sistem utama.
      Ada 4 subsistem fungsional dalam mengelola sistem informasi geografis, yaitu:
a. Subsistem masukan (input)
    Merupakan proses pengambilan, pengumpulan, dan pengubahan data spasial dan tematik objek-objek material geografi ke dalam bentuk digital yang dapat diterima dan dipakai dalam sistem informasi geografis. Ada 2 jenis data, yaitu: data spasial (keruangan) dan data atribut (deskripsi).
1) Data spasial
    Adalah data atau informasi yang memiliki referensi atau koordinat geografis. Data ini merupakan representasi sebuah objek atau fenomena di permukaan bumi. Data ini biasanya disimpan dalam bentuk informasi dan koordinat, sehingga dapat dimanipulasi dan dipetakan kembali. Data ini berasal dari peta analog, foto udara, dan pengindraan jauh.
     Data spasial dapat dimasukkan ke dalam SIG dengan cara digitasi peta, penyiaman (scanning), dan tabulasi. Digitasi peta adalah upaya memindahkan lembaran peta (hardcopy) ke dalam komputer dengan mengubahnya ke dalam bentuk format digital dengan struktur vektor. Alatnya disebut digitizer. Penyiaman (scanning) merupakan proses mengubah data grafis kontinu menjadi data grafis diskrit yang terdiri atas sel-sel penyusun gambar (pixel). Sementara, tabulasi adalah proses pemasukan data atribut SIG dengan pembuatan tabel.
Ada 2 model penyajian data spasial, yakni:
a) Data raster
     Data digital yang posisinya diwakili oleh grid sehingga disebut juga sel grid. Data raster terdiri dari baris dan kolom yang memiliki nilai atau warna dalam sebuah sistem grid. Dihasilkan oleh sistem pengindraan jauh. Data ini merepresentasikan objek geografis dengan pixel (picture element). Semakin tinggi resolusi pixel, semakin kecil ukuran detail permukaan bumi yang direpresentasikan. Data ini baik digunakan untuk menggambarkan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembapan tanah, dan vegetasi.
b) Data vektor
     Merepresentasikan wajah bumi dengan menggunakan vektor yang dibentuk dengan titi, garis, dan area sebagai representasi grafis suatu objek. Titik untuk posisi lokasi, garis untuk objek satu dimensi (jalan,sungai), area (poligon) untuk objek 2 dimensi seperti danau.

Perbandingan Struktur Data Vektor dan Data Raster
Parameter
Vektor
Raster
Akurasi
Akurat dan lebih presisi
Sangat bergantung dengan ukuran grid atau sel.
Atribut
Relasi langsung dengan DBMS (database)
Grid atau sel merepresentasikan atribut. Relasi dengan DBMS tidak secara langsung.
Kompleksitas
Tinggi, memerlukan algoritma dan proses yang sangat kompleks
Mudah dalam mengoperasikan dan proses.
Output
Kualitas tinggi sangat bergantung dengan plotter/printer dan kartografi
Bergantung pada output printer/plotter.
Analisis
Spasial dan atribut terintegrasi. Kompleksitasnya sangat tinggi.
Bergantung pada algoritma dan mudah untuk dianalisis.
Aplikasi dalam Pengindraan Jauh
Tidak langsung, memerlukan konversi.
Langsung, analisis dalam bentuk citra sangat dimungkinkan.
Simulasi
Kompleks dan sulit.
Mudah untuk dilakukan simulasi.
Input
Digitasi, dan memerlukan konversi dari pemindai (scanner).
Sangat memungkinkan untuk diaplikasikan dari hasil konversi dengan menggunakan scanner.
Volume
Bergantung pada kepadatan dan jumlah vertex.
Bergantung pada ukuran grid atau sel.
Resolusi
Bermacam-macam.
Tetap

2) Data atribut
     Data yang memberi penjelasan mengenai setiap objek, fenomena, atau informasi di permukaan bumi. Data ini memberi penjelasan berupa angka, tabel, atau grafik yang berasal dari deskripsi, perhitungan, pengukuran atau klasifikasi fitur geografis. Data atribut ini melekat pada data spasial. Contoh data atribut: sensus, catatan lapangan, dan statistik. 
      Ada 2 segi data atribut, yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data dalam bentuk deskriptif yang berasal dari hasil pengamatan, wawancara, ataupun angket. Contoh: data kesuburan tanah. Data kuantitatif adalah data hasil pengamatan dalam bentuk angka. Contoh: luas lahan.
       Ada 4 klasifikasi tingkat pengukuran, yaitu:
a) Data nominal, menggambarkan berbagai jenis kategori data yang berbeda menggunakan kode. 
b) Data ordinal, disusun dengan membedakan peringkat pada data.
c) Data interval, menggambarkan interval antarnilai, seperti membaca suhu dan tekanan.
d) Data rasio, sama dengan data interval, kecuali data rasio didasarkan pada nilai nol absolut dan interval dalam dimensi yang sama. Kepadatan penduduk adalah contoh data rasio, yaitu kepadatan 0 adalah nol mutlak.
        Data nominal dan ordinal termasuk data kategorik. Data kategorik diklasifikasikan berdasarkan kategori/kelas tertentu. Sementara, data interval dan rasio termasuk data numerik dinyatakan dalam besaran numerik (angka).

a. Sumber Data
       Adalah data lapangan (terestris), data peta, dan data pengindraan jauh. Data lapangan diperoleh dari hasil pengamatan/pengukuran di lapangan. Data tersebut bersifat deskriptif dan tidak terekam oleh sensor pengindraan jauh. Contoh, jumlah penduduk, batas hak pengusaha hutan, curah hujan, jenis tanah, dan kemiringan lereng.
      Data peta adalah data yang berasal dari peta yang telah diubah dalam bentuk digital. Data pengindraan jauh berbentuk citra satelit dan foto udara ataupun hasil interpretasinya. Objek dalam foto udara atau citra satelit harus diinterpretasikan terlebih dahulu sebelum dikonversi ke dalam bentuk digital, misalnya sungai dan jalan. Sementara itu, citra satelit dalam bentuk digital dapat langsung digunakan setelah dikoreksi.
b. Subsistem penyimpanan dan pengambilan data
    Mengelola data, baik data spasial maupun atribut, dalam suatu sistem yang mudah untuk dimengerti agar pengguna dapat dengan mudah mengambil data untuk dianalisis, dan memungkinkan mereka untuk melakukan pembaruan dan pengakurasian data secara cepat.
c. Subsistem manipulasi dan analisis data
    Memungkinkan pengguna untuk menentukan data yang digunakan, kemudian menjalankan prosedur spasial dan atribut untuk menghasilkan iinformasi yang diinginkan. Manipulasi data adalah proses mengubah data dalam upaya membuatnya lebih mudah untuk dibaca atau lebih terorganisasi tanpa mengubah informasi yang terkandung di dalamnya. Misalnya, data dapat disusun dalam urutan abjad.
       Sedangkan analisis data terdiri dari analisis lebar, analisis penjumlahan aritmatika, dan analisis garis dan bidang. Analisis lebar dapat menghasilkan gambaran daerah dengan lebar tertentu. Salah satu gunanya adalah untuk perencanaan pembangunan bendungan sebagai penanggulangan banjir. Analisis penjumlahan aritmatika untuk menangani peta dengan klasifikasi baru agar informasi baru dapat ditunjukkan. Gunanya untuk perencanaan wilayah pemukiman, industri, konservasi, dan pertanian. Analisis garis dan bidang untuk menentukan jangkauan wilayah berdasarkan kriteria tertentu, misalnya wilayah persebaran wabah penyakit dan daerah rawan banjir.
      Analisis pada SIG sering menggunakan metode tumpang tindih, dilakukan untuk menggabungkan beberapa peta tematik yang memiliki informasi berbeda terkait suatu area geografis. Kesalahan yang perlu dihindari dari proses manipulasi dan analisis data, antara lain adalah kesalahan penentuan interval kelas dan penyimpanan batas dalam melakukan tumpang tindih beberapa peta yang memiliki informasi berbeda terkait area geografis yang sama.
d. Subsistem penyajian data (output)
         Adalah prosedur informasi dari SIG disajikan dalam bentuk yang sesuai. Biasanya tampilan berupa peta dan laporan tabular untuk mewakili informasi yang diperoleh. Terbagi menjadi 3 bentuk, yaitu hasil cetakan di atas kertas, film fotografi atau bahan sejenis lainnya (hardcopy), data digital (softcopy), dan bentuk elektronik (bentuk biner). Penyajian hardcopy  adalah sarana tampilan permanen. Penyajian data dalam bentuk digital (softcopy) disajikan dalam bentuk format yang dapat dilihat pada monitor komputer. Penyajian data dalam format elektronik terdiri dari file komputer yang kompatibel.

2. Komponen sistem informasi geografis (SIG)
a. Perangkat keras komputer
        Berfungsi memberikan daya komputasi dan data akses yang diperlukan oleh sistem perangkat lunak.
b. Perangkat lunak komputer
          Fungsi perangkat lunak, yaitu:
    1) Input dan manipulasi data yang mencakup hal-hal, seperti penggunaan seperangkat data digital
        yang sudah ada, input  data terbaru hasil observasi lapangan dan sensor, serta melakukan
        manipulasi, seperti mengubah gambar atau peta.
    2) Penyimpanan data dan manajemen basis data. Fungsi ini memastikan penggunaan data yang
         terstruktur dan terorganisasi, baik yang berkaitan dengan cara penanganannya di komputer
         maupun bagaimana data itu dipahami oleh pengguna sistem.
    3) Data Output dan presentasi. Hal ini melingkupi bagaimana data akan ditampilkan dan
         bagaimana data akan ditampilkan dan bagaimana hasil analisis dilaporkan kepada pengguna.
         Data dapat disajikan sebagai animasi, peta, tabel, atau figur (grafik dan diagram).
c. Manusia
            SIG digunakan di berbagai bidang, misalnya untuk analisis penyebaran penyebaran penyakit epidemik (demam berdarah), analisis kepariwisataan, dan analisis kejahatan. Brainware, yaitu kemampuan untuk mengelola dan memanfaatkan SIG secara efektif dan sesuai dengan kebutuhan.

I. PEMANFAATAN DAN PENERAPAN METODE SIG

a. Bidang sumber daya alam
  Menginventarisasi, manajemen, dan kesesuaian lahan untuk pertanian, perkebunan, kehutanan, perencanaan tata guna lahan, dan menganalisis daerah persebaran tambang.
b. Bidang perencanaan ruang
 Merencanakan permukiman penduduk, perencanaan tata ruang wilayah, perencanaan kota, perencanaan lokasi dan relokasi industri, pasar, dan menganalisis daerah rawan bencana.
c. Bidang kependudukan
   Penyusunan data pokok, penyediaan informasi kependudukan, sosial, dan ekonomi, serta sistem informasi untuk pemilihan umum.
d. Bidang pendidikan
  Menentukan lokasi pendidikan, sistem informasi pendidikan, alat bantu pemahaman dan  pembelajaran untuk masalah-masalah geografi bagi siswa.
e. Bidang militer
    Penyediaan data spasial untuk analisis rute perjalanan logistik dan peralatan perang.

--> Latihan Soal

--> Daftar Isi
Share:

BAB 2 PENGETAHUAN DASAR PEMETAAN, PENGINDRAAN JAUH, DAN SIG (Page 7)

G. DEFINISI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)


        Peta dan pengindraan jauh tidak dapat dipisahkan dari sistem informasi geografis (SIG). SIG merupakan sistem yang khusus mengelola database yang berisi data dengan referensi geografis dan memiliki informasi spasial.
       Input data SIG banyak diperoleh dari citra pengindraan jauh. Semua informasi itu diproses menggunakan komputer yang kemudian dapat dikombinasikan menjadi informasi yang diinginkan. Teknologi ini dapat digunakan untuk pengelolaan sumber daya, investigasi ilmiah, pembuatan peta atau kartografi, perencanaan pembangunan, tata guna lahan, informasi fasilitas, seperti fasilitas kesehatan, dan untuk keperluan tanggap bencana.
          Kesimpulannya, sistem informasi geografis merupakan sistem yang berfungsi mengumpulkan, mengatur, mengelola, menyimpan, dan menyajikan segala jenis data (informasi) yang berkaitan dengan kondisi geografis suatu wilayah. Keuntungan dari adanya SIG:
1. Pengelolaan data dalam format yang kompak dan jelas.
2. Analisis data dapat dilakukan dengan lebih efisien.
3. Pembaruan data dapat dilakukan dengan cepat.
4. Biaya lebih murah jika dibandingkan survei lapangan.
5. Dapat digunakan untuk membantu mengambil keputusan dengan lebih cepat.

Definisi sistem informasi geografis oleh para ahli:
 No
Tokoh 
Pandangan 
 1
Burrough (1986) 
SIG adalah seperangkat alat yang penuh daya untuk mengumpulkan, mengubah, dan menampilkan data spasial dari dunia nyata. 
2
Smith (1987)
SIG adalah sistem database data spasial dan seperangkat prosedur yang beroperasi dalam rangka menjawab pertanyaan tentang entitas spasial dalam database.
3
David Rhind (1988)
SIG adalah sistem berbasis komputer untuk mengumpulkan, memeriksa, mengintegrasikan, dan menganalisis informasi yang berhubungan dengan permukaan bumi.
4
Blakemore (1989)
SIG adalah paket komputer, yang mengintegrasikan penyimpanan, manipulasi, analisis, pemodelan, dan pemetaan informasi spasial digital.
5
Congalton dan Green (1991)
SIG adalah sebuah sistem untuk memasukkan, menyimpan, manipulasi, menganalisis, dan menampilkan data geografis atau spasial. Data ini diwakili oleh titik, garis, dan poligon beserta atribut terkait.
6
Rowley (1995)
SIG adalah suatu sistem untuk menangkap, menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan data yang memiliki referensi spasial dengan bumi.
7
Demers (1997)
SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, mengintegrasikan, dan menganalisis informasi-informasi yang berhubungan dengan permukaan bumi.
8
Chrisman (1997)
SIG adalah sistem yang terdiri atas perangkat keras, perangkat lunak, data, manusia, organisasi, dan lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi mengenai daerah-daerah di permukaan bumi.
9
Guo Bo (2002)
SIG adalah teknologi informasi yang dapat menganalisis, menyimpan, dan menampilkan, baik data spasial maupun nonspasial.


Share:

BAB 2 PENGETAHUAN DASAR PEMETAAN, PENGINDRAAN JAUH, DAN SIG (Page 6)

F. INTERPRETASI CITRA

          Proses analisis data setelah perekaman interaksi antara tenaga dan objek oleh sensor yang menghasilkan data atau citra disebut interpretasi citra.
Unsur-unsur interpretasi citra:
1. Bentuk. Objek tertentu memiliki bentuk yang khas. Misalnya, bangunan sekolah tampak seperti
    huruf H, I, L, dan U. Gunung api berbentuk kerucut. Sungai atau aliran air memiliki bentuk yang
    mudah dibedakan.
2. Ukuran. Berkaitan dengan skala citra. Misalnya, skala 1:1.000.000. Panjang objek pada foto udara
    4 cm dan lebarnya 3 cm. Panjang sebenarnya = 4 x 1.000.0000 = 4.000.000 cm atau 40 km,
    sedangkan lebar sebenarnya 3 x 1.000.000 = 3.000.000 cm = 30 km.
3. Rona. Rona atau tingkat kecerahan objek adalah hasil dari interaksi antara objek dan spektrum
    gelombang elektromagnetik.
4. Tekstur. Ada 3 tingkatan tekstur, yaitu halus, sedang, dan kasar. Misalnya, tekstur hutan hujan
     tropis, kasar. Tekstur hutan homogen, sedang. Tekstur semak, sabana, dan stepa, halus.
5. Bayangan. Dapat menjelaskan arah mata angin foto udara. Hal ini terjadi karena bayangan
    dipengaruhi oleh arah datangnya sinar matahari pada waktu pemotretan. Selain itu, bayangan
    dapat digunakan untuk memberikan gambaran mengenai bentuk atau ketinggian relatif suatu objek.
6. Pola. Pola atau kecenderungan bentuk suatu objek pada citra. Misalnya, permukiman penduduk
    berpola linier, terpusat, atau menyebar. Perkebunan memiliki pepohonan dengan jarak yang tetap.
7. Situs. Situs atau letak atau kedudukan suatu objek terhadap objek lain di sekelilingnya. Misalnya,
    hutan bakau ada di dataran rendah pantai berair payau.
8. Asosiasi. Kaitan suatu objek dengan objek lain. Misal, area parkir berasosiasi dengan gedung
    perkantoran.

         Interpretasi citra secara khusus guna menampilkan pandangan 3 dimensi, yaitu relief yang terdapat dalam foto udara. Interpretasi citra membutuhkan alat, seperti stereoskop, transparansi film, meja sinar, pengamat warna aditif (color additive viewer) untuk menghasilkan paduan warna yang lebih mudah diinterpretasikan.

Langkah-langkah interpretasi citra 
1. Deteksi, yakni upaya untuk mengetahui benda dan gejala di sekitar lingkungan dengan alat pengindra atau sensor. Deteksi dapat menentukan ada tidaknya suatu objek atau fenomena khusus. Misalnya, objek berupa hutan hujan tropis.
2. Identifikasi secara menyeluruh disebut dengan pembacaan foto (photo reading). Dapat dilakukan berdasarkan ciri spektral, spasial, dan temporal yang terekam oleh sensor dengan menggunakan stereoskop. Ciri spektral dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik dan objek. Ciri ini dinyatakan dengan rona dan warna. Ciri spasial mencakup bentuk, ukuran, bayangan, pola, situs, dan asosiasi. Ciri temporal, berkaitan dengan kondisi benda pada saat perekaman.
3. Analisis untuk mengelompokkan objek yang mempunyai citra yang sama dengan identitas objek.
4. Deduksi, yaitu pemrosesan berdasarkan bukti yang mengarah pada hal yang lebih khusus. Pada tahap ini kesimpulan dan hipotesis didapatkan.

Manfaat citra pengindraan jauh
1. Memberikan informasi mengenai keadaan dan perubahan lahan
2. Membantu dalam menganalisis perairan.
3. Membantu dalam menganalisis keadaan cuaca dan iklim.
4. Menyajikan model, relief, dan kemiringan suatu lahan.
5. Memberikan gambaran atau pemetaan daerah bencana.


Share:

BAB 2 PENGETAHUAN DASAR PEMETAAN, PENGINDRAAN JAUH, DAN SIG (Page 5)

E. JENIS CITRA PENGINDRAAN JAUH


       Hasil pengindraan jauh adalah citra. Citra dapat dibedakan atas citra foto dan citra nonfoto. Citra foto dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera. Sementara itu, citra nonfoto dihasilkan oleh sensor bukan kamera.
Perbedaan antara citra foto dan citra nonfoto

No
Variabel pembeda
Citra foto
Citra nonfoto
1
Sensor
Kamera
Nonkamera, berdasarkan pemindaian (scanning).
2
Detektor
Film
Pita magnetic, thermistor, foto konduktif, foto voltaic.
3
Proses perekaman
Fotografi/kimiawi
Elektronik.
4
Mekanisme perekaman
Serentak
Parsial.
5
Spektrum elektromagnetik
Spektrum tampak
Spektra tampak dan perluasannya, termal, dan gelombang mikro.

1. Citra Foto
     Citra foto dapat dibedakan berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, posisi sumbu kamera, sudut liputan kamera, jenis kamera, warna yang digunakan, dan wahana yang digunakan.
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan ada 4 jenis citra foto, yaitu:
a. Foto pankromatik
    Foto yang merekam seluruh spektrum cahaya tampak sehingga objek yang terekam sesuai dengan
    kepekaan mata manusia. Disebut juga foto udara konvensional.
b. Foto ortokromatik
    Foto yang merekam spektrum 0,4µm-0,56µm yang didominasi oleh biru dan sebagian hijau.
    Selain itu, memiliki kemampuan untuk mengenali objek yang berada di permukaan air jernih
    hingga 20 m. Oleh karena itu biasanya foto ini digunakan untuk merekam daerah perairan dangkal
    dan survei vegetasi.
c. Foto ultraviolet
    Foto yang merekam spektrum ultraviolet antara 0,29µm-0,4µm. Foto ini umumnya digunakan
    untuk mendeteksi tumpahan minyak di laut karena lapisan minyak akan memantulkan radiasi
    matahari dan membentuk rona cerah dengan kontras yang besar.
d. Foto inframerah
    Foto yang merekam spektrum inframerah jarak dekat dengan panjang gelombang antara
    0,7µm-0,9µm. Digunakan untuk membedakan kondisi vegetasi yang sehat dan tidak sehat.

       Berdasarkan posisi sumbu kamera (arah sumbu kamera ke permukaan bumi), ada dua citra foto. Foto vertikal atau foto tegak (orto photograph) dan foto condong atau miring (oblique photogtaph).
a. Foto vertikal, kekurangannya, foto yang ditampilkan hanya tampak atas. Selain itu, gambaran yang ada dapat terhalang pohon dan awan. Kelebihannya, gambar yang dihasilkan serupa dengan peta serta memiliki skala yang konsisten.
b. Peta condong (miring), dibedakan menjadi peta sangat condong dan agak condong. Peta sangat condong, cakrawala tergambar. Sementara pada foto agak condong, cakrawala tidak tergambar. Kelebihannya adalah gambaran yang terekam lebih banyak karena tidak tampak dari atas. Namun, ada beberapa kendala karena skala yang tidak konsisten sehingga untuk mengukur jarak sebenarnya.

         Berdasarkan sudut liputan kamera, ada 4 jenis citra foto, yaitu:
No
Jenis kamera
Panjang fokus
Sudut liputan
Jenis foto
1
Sudut kecil (narrow angle)
304,8
<60o
Sudut kecil
2
Sudut normal (normal angle)
209,5
60o-70o
Sudut normal/sudut standar
3
Sudut lebar (wide angle)
152,4
75o-100o
Sudut lebar
4
Sudut sangat lebar (super wide angle)
88,8
>100o
Sudut sangat lebar

       Berdasarkan jenis kamera, ada foto tunggal dan jamak. Foto tunggal adalah foto yang dibuat dengan kamera tunggal. Foto jamak adalah beberapa citra foto yang menggambarkan daerah liputan yang sama yang dibuat pada waktu yang sama tetapi dengan kemampuan untuk merekam beberapa spektrum elektromagnetik berbeda. Foto jamak terdiri dari foto multispektral dan foto dengan kamera ganda.
      Foto multispektral adalah beberapa foto untuk daerah yang sama dengan menggunakan beberapa kamera atau satu kamera dengan beberapa lensa. Setiap lensa menggunakan filter untuk saluran yang berbeda, yakni biru, hijau, merah, dan inframerah pantulan. Citra foto dengan kamera ganda adalah pemotretan di suatu daerah dengan menggunakan beberapa kamera dengan jenis film berbeda, seperti pankromatik dan inframerah. 
Citra foto jamak dibuat dengan tiga cara,
a. Multikamera atau beberapa kamera yang masing-masing diarahkan ke satu sasaran.
b. Kamera multilensa atau satu kamera dengan beberapa lensa.
c. Kamera tunggal berlensa tunggal dengan pengurai warna.
      
      Berdasarkan warna yang digunakan, ada 2 citra foto, yaitu citra foto berwarna semu (false color) dan citra foto inframerah berwarna dan citra foto warna asli (true color). Pada foto berwarna semu, warna objek tidak sama dengan warna foto, digunakan untuk mempermudah identifikasi objek dengan cara membedakan suatu objek atau suatu fenomena tertentu berdasarkan spektrum panjang gelombang. Sementara itu, citra foto warna asli adalah foto pankromatik berwarna.

2. Citra Nonfoto
    Berdasarkan spektrum elektromagnetik, dibedakan menjadi:
>Citra inframerah termal, dibuat dengan spektrum inframerah termal. Pengindraan didasarkan atas 
  perbedaan suhu objek dan daya pancarnya pada suatu citra. 
>Citra radar dan Citra gelombang mikro merekam gambaran pada spektrum gelombang mikro. 
  Citra radar dihasilkan dari pengindraan dengan sistem aktif sehingga dapat digunakan siang  
  ataupun malam hari. 
  Adapun citra gelombang mikro dihasilkan dengan sistem pasif yang merekam energi gelombang 
  mikro yang dipantulkan bumi secara alami. Kedua citra ini dapat digunakan untuk melihat objek 
  yang tertutup oleh awan, asap, dan vegetasi. 
  Citra radar hanya dapat membedakan suatu objek berdasarkan geometri, kasar dan halusnya 
  permukaan serta tingkat kelembapan tanah. 
  Sementara citra gelombang mikro dipengaruhi oleh sifat fisik suatu objek seperti komposisi atom 
  dan struktur kristal, sehingga dapat membedakan lautan es dan lautan.
        
      Berdasarkan sumber sensornya, terdiri dari citra tunggal dan citra multispektral. Citra tunggal digunakan dengan mengombinasikan beberapa citra yang memiliki spektrum gelombang berbeda untuk mengidentifikasi suatu objek. Sementara itu, citra multispektral dibuat dengan saluran jamak atau saluran sempit. Terdiri dari citra RBV (return beam vidicon) dan MSS (multi spectral scanner). Citra RBV digunakan untuk merekam gambaran pada spektrum tampak dan digunakan untuk merekam gambaran pada spektrum tampak dan inframerah jarak dekat. Citra MSS digunakan untuk mendapatkan gambar radiometrik.

       Berdasarkan wahana yang digunakan, terdiri dari:
>Citra dirgantara (airbone image), wahana beroperasi di udara. Misal, citra inframerah termal, citra radar, dan citra MSS.
>Citra satelit (satellite/spaceborne image), di antariksa atau luar angkasa.
     
      Berdasarkan penggunaannya, citra satelit dibedakan menjadi:
a. Citra satelit untuk pengindraan planet. Misal, citra satelit Viking (AS) dan citra satelit Vanera 
   (Rusia).
b. Citra satelit untuk pengindraan sumber daya bumi. Misal, citra Landsat (Land Resources Satellite)
    yang dimiliki oleh Amerika Serikat.
c. Citra satelit untuk pengindraan laut. Misal, citra Seasat (Sea Satellite) yang dimiliki Amerika 
    Serikat.
d. Citra satelit untuk pengindraan cuaca. Misal, NOAA (National Oceanic and Atospheric 
     Administration) yang dimiliki AS.


Share:

Popular Posts

Followers

Program

Sitemap

Blog Archive